Ekoenzim: Era Baru Pengolahan Sampah

EKOENZIM

 

Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk di dunia, maka kebutuhan manusia akan sumber daya juga ikut meningkat. Setiap proses pengolahan sumber daya menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan pasti menghasilkan limbah. Misalnya pada saat memasak bahan makanan, sedikit banyaknya pasti menghasilkan sampah bekas olahan. 

 

Untuk menyikapi hal ini, maka negara menetapkan setiap tanggal 21 Februari sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN). Peringatan Ini merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sampah. 

 

Namun apakah semua sampah benar-benar dead end? Apakah tidak ada manfaat baru yang bisa dihasilkan oleh sampah? Tentu tidak! 

 

EKOENZIM
Kegiatan bersih-bersih lingkungan oleh jenjang SMP

Kita bisa mengolah kembali sampah menjadi hal yang berguna. Salah satu cara pemanfaatannya adalah dengan mengolah sampah menjadi “Ekoenzim”. Manfaat dari ekoenzim sangat banyak dan bervariasi. Ekoenzim mempunyai efek antibakteri, antijamur, membersihkan lantai, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair, dan yang paling penting produk ini mudah dibuat dan diaplikasikan. 

 

Istilah ini mungkin terdengar asing buat sebagian orang. Awalnya ekoenzim ditemukan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, seorang peneliti dan pemerhati lingkungan dari Thailand setelah meneliti selama 30 tahun. Ekoenzim merupakan jenis senyawa organik yangdihasilkan oleh fermentasi limbah bahan organik seperti kulit sayur-sayuran dan buah-buahan dengan gula dan air. 

Ekoenzim
Kegiatan bersih-bersih lingkungan oleh jenjang SMA

Ekoenzim mengandung asam organik seperti asam laktat dan asam asetat yang dapat membunuh bibit penyakit, virus dan bakteri. Karena sifat asamnya, ekoenzim bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembersih. Selain itu ekoenzim juga dapat meningkatkan kadar nitrogen dan kesuburan tanah.

 

Cara pembuatannya sangat mudah, yaitu dengan mencampurkan gula, air bersih, dan limbah organik seperti kulit buah, sisa sayur dan makanan dengan perbandingan 1:3:10. Campuran ini kemudian difermentasi setidaknya selama 1 bulan. Setelah itu, cairan ini bisa langsung dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair. Untuk ekoenzim bahan pembersih, limbahnya dapat dipilih menggunakan kulit jeruk, nanas dan buahan lain yang bersifat asam dan beraroma segar.

Kegiatan bersih-bersih lingkungan oleh jenjang SD2

Kita bertanggung jawab atas setiap sampah yang kita hasilkan. Penting untuk menanamkan kesadaran ini sejak dini. Untuk itu Yayasan Kalam Kudus Indonesia menggalakkan aksi cinta lingkungan di seluruh sekolah Kalam Kudus se-Indonesia. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan memperkenalkan dan mengaplikasikan ekoenzim. Kiranya terobosan ini dapat memberikan tujuan baru untuk pengolahan sampah.

 

Soli Deo Gratia