Mengulik Pemikiran Para Cendekiawan Muda SKKKPS Pemenang Siantar English Club Cup II

Di masa ketika segala sesuatu berlalu dengan cepat, dengan rentang fokus yang singkat akan sulit untuk menemukan anak remaja dengan pemikiran yang dalam. Namun hal itu tidak berlaku pada siswa-siswi SMA dan SMP SKKKPS yang ikut pada perlombaan Siantar English Club Cup II September 2024 lalu. Perlombaan ini membutuhkan kemampuan untuk berpikir kritis dan wawasan yang luas untuk menyampaikan argumen dan pendapat. Adapun para siswa yang berhasil keluar sebagai juara pada perlombaan tersebut adalah sebagai berikut:
- Angeline Caroline, 1st Winner of English Speech in the North of Sumatera English Competition Grade Senior High School
- Chelsea Priscilla Tampubolon, 2nd Winner of English Essay Writing in the North of Sumatera English Competition Grade Senior High School
- Evelyn Honggo dan Jonathan Hasoloan Sitanggang, 2nd Winner of English Debate in the North of Sumatera English Competition Grade Senior High School
- Hillary Wong, 1st Winner of English Essay Writing in the North of Sumatera English Competition Grade Junior High School
Pada perlombaan ini, Chelsea mengambil tema “Education is the Path to a Golden Indonesia 2045“, yang menjabarkan pentingnya edukasi, dan cara mengatasi miskonsepsi dalam pendidikan. Meskipun pendidikan bukan lagi topik baru bagi Chelsea, namun dia tetap mempersiapkannya sebaik mungkin dengan mencari informasi dan referensi sebanyak mungkin. Salah satu referensi favoritnya adalah “Pendidikan Rusak-rusakan” karya Ki Darmaningtyas. Dengan informasi dari dua sisi berbeda yaitu sisi positif dan negatif, Chelsea bisa memunculkan pemikiran yang authentic, pure, dan genuine mengenai topik yang dia bahas.
Menurut Chelsea, orisinalitas merupakan poin penting yang ia terapkan pada penulisan essay-nya. “Saya lebih suka creative writing, karena saya rasa lebih fleksibel, dan cocok dengan style pribadi serta preference saya. Jadi, essay saya tidak 100% kaku atau serius seperti penelitian ilmiah. Jika dianalogikan, seperti kosmos, yang bentuknya tidak memiliki pola atau aturan. tetapi secara keseluruhan, alam semesta itu sendiri masih dianggap satu kesatuan yang utuh. Intinya, essay saya lebih luwes dan fleksibel. Namun tetap menyampaikan poin penting dalam essay yang utuh” ungkap Chelsea.
Berikut ada tiga hal penting yang mendukung untuk membuat penulisan essay yang baik dan memiliki long-impact menurut Chelsea :
1. Memilih topik yang tepat.
Pemilihan topik menurut Chelsea sangat krusial, karena tidak peduli seberapa “jago” atau “skillful” seseorang, kalau memilih topik di luar cakupan penguasaannya, kemampuannya tidak akan begitu bersinar, dibanding dengan topik yang dia tekuni. Jadi pada saat membuat essay dia tidak kebingungan, karena referensi sudah tersedia dan tahu harus mencari dari mana.
2. Aktif dalam berargumentasi
Meskipun Chelsea mengambil informasi dari banyak referensi, tapi dia tetap memiliki pemikiran sendiri. Dengan begitu, Chelsea punya keyakinan bahwa karya miliknya tidak akan terkesan biasa saja apalagi plagiat. Tetapi dengan pemikirannya, karyanya memiliki warna tersendiri dengan argumen-argumen yang bisa dikatakan belum pernah dimuat sama persis di artikel-artikel lain.
3. Perhatikan detail
Semua penggunaan tanda baca, ejaan, tata bahasa, dan kata-kata yang digunakan perlu diperhatikan dengan detail. Dengan begitu, dia tidak kehilangan poin di hal-hal yang terkesan sepele. Dalam memperhatikan detail ini, Chelsea juga mendapat bantuan dan arahan dari guru pembimbing, yaitu Sir Sudianto untuk memastikan tidak ada sesuatu yang terlewatkan.
Di sisi lain, tim debat SMA yang terdiri dari Evelyn dan Jonathan baru pertama kali ini mengikuti lomba debat. Sebagai persiapan lomba, mereka berlatih menyusun argumen sesuai dengan struktur dan tata bahasanya. Supaya lebih matang, mereka juga mengadakan sesi brainstorming sebelum hari lomba dengan bimbingan Sir Sudianto.
Pada saat debat, mereka mendapatkan peran yang sulit yaitu sebagai posisi kontra pada topik “Education is the path to a golden Indonesia 2045” dan “Pancasila: Social justice for all Indonesian people.” Namun karena mereka sudah berlatih sebelumnya, mereka mampu mengatasi kesulitan tersebut. “Menurut saya, yang menjadi indikator keberhasilan adalah kemampuan untuk mengimprovisasi data-data yang telah dipersiapkan. Meskipun kami tidak diberitahu topik kami sampai 10 menit sebelum lomba, kami mampu menggunakan kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan tentang dunia sosial & politik untuk memenangkan argumen,” ungkap Evelyn.
Pengalaman ini memberikan keuntungan tersendiri bagi para siswa yang ikut berlomba. Untuk meraih kemenangan, mereka harus melakukan banyak riset dan membaca buku. Evelyn merasa menjadi lebih berani berpikir kritis dan analitis dalam tekanan serta mampu menyuarakan argumen, karena sebelumnya dia kurang berani berargumen di depan publik.
Selain itu, pikiran mereka jadi lebih terbuka pada sistem pendidikan di negara berkembang hingga negara maju. Bahkan mindset atau pola pikir Chelsea juga terpengaruh. Dia jadi punya komitmen sendiri untuk mewujudkan apa yang telah dia tulis sebagai rasa syukur dan terima kasih pada Tuhan, orang tua, dan sekolah.
Pengalaman yang dialami oleh para siswa SKKKPS ini bukan hanya menjadi bukti kemampuan akademis mereka, tetapi juga cerminan nilai Kristen yang mereka bawa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana Firman Tuhan dalam Kolose 3:23-24 mengajarkan, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”, mereka mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, menggunakan talenta yang telah Tuhan percayakan. Dengan semangat yang sama, kiranya semua siswa di SKKKPS dapat menjadi terang dan garam dunia dalam setiap aspek kehidupan mereka, termasuk di dunia akademik.
Ayo baca juga pemikiran dari Angeline Caroline pada artikel melalui link berikut: klik disini!
Soli Deo Gloria