Seminar “Up To Date” Jenjang SD2 SKKKPS Kupas Tuntas Aplikasi Berbahaya untuk Anak-anak

 

Pada tahun 2013, sekitar 80% remaja dan anak-anak di Indonesia sudah menjadi pengguna aktif internet (Kominfo & UNICEF, 2013). Semenjak Covid-19, jumlah pengguna internet meledak karena sebagian besar kegiatan terkonversi jadi sistem digital. Hampir setiap pelajar menggunakan atau memiliki gadget untuk mengakses internet demi keperluan kegiatan belajar mengajar. 

 

Internet bagaikan pedang bermata dua. Satu sisi memberikan banyak manfaat pada manusia dengan mempermudah akses informasi dan komunikasi, tapi disisi lain internet dapat merusak sebuah generasi. Kita harus memahami bahwa tidak semua orang yang berkontribusi di internet memiliki niat baik. Jadi tidak dapat dipastikan bahwa semua konten, informasi, aplikasi, dan layanan lainnya yang ada di internet itu aman. 

 

Melalui seminar yang diselenggarakan oleh jenjang SD2 SKKKPS, para orang tua murid diperkenalkan terhadap berbagai aplikasi dan konten yang cukup berbahaya bagi anak. Seminar ini dilaksanakan pada tanggal 20 April 2024 yang dibawakan oleh Ibu Jessica H. Saragih S.Psi., wakil kepala sekolah sekaligus konselor di jenjang SD2 SKKKPS.

 

Sesi sharing bersama orang tua

Beberapa aplikasi berbahaya yang disebutkan pada seminar tersebut adalah media sosial, game bersifat kekerasan, aplikasi kencan, dan aplikasi live streaming. Aplikasi ini sebagian besar penggunanya ditujukan kepada orang dewasa. Salah satu aplikasi berbahaya yang banyak digunakan oleh anak adalah Roblox. Beberapa game di dalamnya mengandung unsur perilaku kekerasan, obrolan dewasa, dan ‘berkencan’ dengan avatar lain. Jadi sebagian besar kontennya kurang pantas untuk anak kecil. Selain itu, ada banyak aksi kejahatan yang menargetkan anak kecil yang terekspos di media sosial. 

 

Pada seminar ini, para orang tua diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan membagikan pengalaman mereka seputar topik ini. Salah satu peserta, yakni ibu Irma Riana membagikan keresahannya mengenai topik pembicaraan di room chat game anak-anak. Karena sebagian penggunanya adalah orang dewasa, pembicaraan mereka tercemar dengan topik-topik yang seharusnya tidak boleh didengar anak-anak. 

 

Peserta lain yakni ibu Rita Nensi juga membagikan pengalamannya tentang tontonan anaknya di kanal Youtube. Beliau menyadari bahwa sebagian informasi yang diberikan itu salah dan menyimpang, seperti topik “flat earth”. Menurutnya, orang tua juga harus terus mengupdate pengetahuan mereka sehingga mereka mampu menyaring informasi yang dikonsumsi oleh anak.

 

Foto bersama seluruh peserta seminar online

Untuk melindungi anak-anak dari bahaya penggunaan gadget dan internet, orang tua dan guru menjadi kunci utama. Penggunaan gadget pada anak memerlukan dampingan dan bimbingan orang tua. Dengan menerapkan batasan dan arahan, resiko anak tercemar dengan konten tidak pantas akan semakin berkurang. Selain itu, anak-anak perlu diedukasi tentang hal-hal yang pantas dan tidak patut dilakukan ketika menelusuri internet. Disinilah fungsi guru sangat krusial untuk mendidik anak menjadi pengguna gadget yang bertanggung jawab.

 

Dengan kerjasama antara orang tua dan guru, diharapkan anak-anak dapat semakin bijak untuk memanfaatkan teknologi. Sehingga mereka dapat merasakan manfaatnya secara maksimal dan terhindar dari bahaya sisi gelap internet. Ketika hal ini terwujud, anak-anak tidak menjadi ketergantungan dengan internet dan menjauh dari Tuhan. Tetapi mereka boleh menggunakan internet untuk semakin dekat dengan Tuhan.

 

Soli Deo Gloria

Referensi:

  1. Rachmayani D. 2017. Internet for Children: a Review Study. J. Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR) volume 58. 
  2. Kominfo & UNICEF. (2013). Digital citizenship safety among children and adolescents in Indonesia.